Tak terasa panggung politik pemilu 2014 sudah di depan mata. Genderang perang sudah mulai ditabuhkan. Komisi Pemilihan Umum secara resmi telah menetapkan 10 partai politik yang lulus verifikasi sebagai kontestan pemilu 2014. Salah satu parpol yang lulus verifikasi KPU tersebut adalah Partai Keadilan Sejahtera atau yang lebih familiar kita kenal PKS. Partai dakwah sekaligus partai kader yang pada pemilu 2009 yang lalu berhasil finish di urutan keempat hasil pemilu secara nasional dan urutan pertama diantara partai-partai berasaskan islam yang ada. Sungguh sebuah capaian yang fenomenal, mengingat PKS dalam sejarah perjalanan politiknya pernah tidak lulus electoral treshold (ET) ketika pada pemilu 1999 masih bernama Partai Keadilan (PK).
Berbicara tentang PKS memang seperti tidak ada habis-habisnya. Kita
tentu masih ingat dengan hiruk pikuk semangat perjuangan politik PKS
pada pemilu 2009 yang lalu. Semangat bermanuver secara politis yang
mungkin diluar perkiraan setiap orang. Semangat-semangat yang
digelorakan untuk mencapai sebuah target dan cita-cita yang besar.
Semangat pemimpin muda, semangat untuk mencapai 3 besar partai pemenang
pemilu dengan 20% perolehan suara, semangat untuk membangkitkan
Indonesia dari keterpurukan dengan slogan nya yang fenomenal “Bangkit
Negeriku, Harapan Itu Masih Ada”, dan lain sebagainya.
Meskipun pada akhirnya manuver-manuver ini ternyata baru mampu
menempatkan PKS sebagai 4 besar partai pemenang pemilu 2009, meleset
dari hasil yang ditargetkan oleh partai.
Beranjak ke pasca pemilu 2009, kita kemudian dicengangkan dengan
beberapa kasus yang dialami oleh beberapa anggota dewan PKS, baik kader
internalnya maupun kader eksternalnya. Kasus-kasus ini muncul sebagai
konsekuensi politik dari kebijakan elite partai yang ‘sedikit menggeser’
haluan menjadi partai yang lebih terbuka. Identitas PKS sempat sedikit
‘ternoda’ oleh ulah beberapa oknum tersebut. Namun apabila di
kalkulasikan, persentase kasus yang dihadapi oleh anggota dewan PKS
memang tidaklah terlalu banyak, sangat kecil jika kita bandingkan dengan
partai-partai lain termasuk partai penguasa saat ini. Akan tetapi hal
ini tetap sangat berpengaruh terhadap image PKS, mengingat rakyat
menuntut dan mengenal PKS sebagai partai yang bersih tak bercacat.
Kasus-kasus ini tentu saja menimbulkan gejolak di tubuh partai, terbukti
dari beragamnya reaksi yang muncul baik di internal maupun eksternal
partai, bahkan ada diantara kader yang menyatakan kekecewaannya lalu
keluar dari barisan partai. Itulah PKS dengan segala problematika dan
tantangan politik yang dihadapinya.
Merakyatkan Harapan dan Kemenangan
Dengan segala konsekuensi politik yang dihadapi oleh PKS, mulai dari
melesetnya hasil pemilu 2009 dari target yang diharapkan, dibumbui
dengan semangat keterbukaan yang menuai kontroversi bahkan kekecewaan
baik internal maupun eksternal partai, sampai dengan kasus-kasus oknum
anggota dewan yang tentu saja mencoreng citra partai sebagai partai yang
bersih. Lalu pertanyaannya masih adakah harapan itu di 2014 mendatang?
Masih adakah kesempatan untuk menang atau bahkan malah akan menjadi
pecundang?.
Secara logika sebenarnya masyarakat kita cukup cerdas untuk menakar
seberapa besar peluang PKS di 2014 berdasarkan kinerja dan peta kekuatan
partai tersebut, bukan sekedar dari perspektif permasalahan yang
dihadapinya semata. Ketika kita bertanya masih adakah harapan bagi PKS
di pemilu 2014 mendatang? Tentu jawabannya adalah harapan itu selalu
ada dan pasti akan ada selama PKS tetap konsisten, komitmen pada esensi
tujuan partai, yakin pada kemampuan dan kekuatan sendiri, serta tidak
terjebak dalam persepsi euphoria hasil pemilu sebelumnya. Tugas besar
PKS saat ini adalah bagaimana mencari cara untuk me-rakyatkan harapan
dan cita-cita yang hendak direalisasikan. Pesan-pesan harapan dan
cita-cita besar itu harus dikomunikasikan kepada publik secara lebih
intens, tidak hanya di kalangan elite dan kader-kader internal partai
saja. PKS perlu bercermin pada proses pemilu 2009 yang lalu, dimana
ketika itu mesin internal partai sudah panas dengan harapan dan
cita-cita yang sangat besar, namun tak tercapai dengan sempurna
dikarenakan belum terkomunikasikan secara massif kepada masyarakat.
Dengan kata lain, cita-cita partai yang besar itu sama sekali belum
merakyat, belum menyentuh seluruh lapisan masyarakat secara keseluruhan.
Demikian juga halnya dengan kondisi saat ini, target untuk menjadi 3
besar dan 15 persen kursi legislatif di pemilu 2014 yang dielu-elukan
oleh PKS merupakan sebuah target yang sangat besar. Oleh sebab itu perlu
diimbangi dengan ikhtiar yang besar pula untuk merealisasikan target
tersebut agar harapan yang digaungkan oleh PKS memang benar-benar
menjadi sebuah kemenangan rakyat.
Untuk mewujudkan kemenangan tersebut, setidaknya ada 3 hal yang perlu dilakukan oleh PKS :
Pertama, PKS harus segera melakukan pengokohan struktural dan penokohan
internal. Penting bagi PKS untuk menata kembali struktur internal partai
termasuk ‘memanaskan’ kembali semangat kader-kader yang sedikit banyak
telah mengalami fluktuasi (baik fluktuasi tarbiyah maupun secara
politis) pasca pemilu 2009 yang lalu. Disadari ataupun tidak, PKS adalah
sebuah partai yang sumber kekuatannya dari loyalitas kader, sehingga
ketika PKS hendak memproklamirkan diri menuju 3 besar di pemilu 2014
maka struktural partai dan kader lah yang pertama kali harus diperkuat
sebagai mesin penggerak partai. Pengokohan struktural dan penguatan
loyalitas kader ini sudah terbukti ampuh bagi PKS ketika mampu
meningkatkan perolehan suara dari 1,3% pada pemilu 1999, menjadi 7,34 %
pada pemilu 2004, hingga 7,9% di pemilu 2009.
Namun, pengokohan struktural dan penguatan kader juga tak cukup jika
tidak diimbangi dengan penokohan-penokohan internal yang memadai
terutama tokoh-tokoh partai yang sedang dan yang akan dicalonkan untuk
duduk di parlemen maupun mengisi pos-pos penting pemerintahan seperti
yang sudah dilakukan pada pemilu 2009 yang lalu. Program jaulah, direct
selling, reses, dan safari dakwah yang selama ini menjadi andalan bagi
PKS harus semakin intensif di laksanakan, baik di daerah basis maupun
non basis massa partai. Tokoh-tokoh PKS pun harus kerap turun ke
lapangan, untuk berbagi dan menyerap aspirasi.
Kedua, PKS harus mampu merangkul ‘suara-suara kecewa’ dan suara golput.
Manuver-manuver politis yang dijalankan oleh PKS pada pemilu 2009 serta
kasus-kasus yang menimpa oknum kader PKS beberapa waktu yang lalu,
sedikit banyak telah berkontribusi mempengaruhi tingkat kepercayaan
masyarakat terhadap PKS, terutama kader-kader loyal. Hal ini dapat
dilihat dari adanya kader dan simpatisan yang secara terang-terangan
mengatakan kecewa dengan sikap PKS. Sehingga banyak lembaga survey yang
kemudian memprediksi bahwa suara PKS di 2014 akan turun yang disebabkan
oleh kader dan simpatisan yang kecewa bahkan membelot. Namun, survey
hanyalah gambaran yang belum tentu benar secara mutlak. Faktanya dunia
politik adalah ranah yang dinamis, cepat berubah keadaannya ketika di
lapangan. PKS harus mampu merangkul dan mengkonversikan ‘suara-suara
kecewa’ tersebut menjadi lumbung suara pendukung. PKS harus mampu
menghadirkan kembali alternatif-alternatif (baik alternatif pemimpin,
tim, maupun solusi) bagi masyarakat dan bangsa Indonesia, agar nanti PKS
tak di cap sebagai partai yang sama saja dengan partai yang lain. PKS
harus mampu lebih intensif bercengkerama dengan rakyat, bukan hanya
dalam konteks politis, namun harus dalam segala hal dengan pendekatan
yang lebih merakyat tentunya. Suara-suara kecewa dan golput ini sangat
penting untuk digarap PKS mengingat begitu besarnya potensi mendulang
suara dari golongan tersebut. Pusat Studi dan Kawasan UGM bahkan pernah
merilis tingginya angka suara kecewa (golput) di negeri ini yang dari
pemilu ke pemilu bahkan cenderung mengalami peningkatan. Tercatat suara
golput mencapai 6,64% pada pemilu 1971, kemudian meningkat menjadi 8,40 %
pada pemilu 1977, meningkat lagi 8,53 % di pemilu 1982, dan hanya
pemilu 1987 suara golput turun 8,39%.
Suara-suara kecewa ini kembali mengalami peningkatan selama kurun waktu
lima dekade pemilu terakhir, masing-masing 9,09% (1992), 9,42% (1997),
10,21% (1999), 23,34% (2004), dan 39,10% (2009). Apabila PKS mampu
merangkul suara-suara ini, maka besar kemungkinan PKS dapat mewujudkan
target 3 besar di 2014 mendatang dengan asumsi perolehan suara tahun
2009 lalu tetap atau meningkat. Suara-suara kecewa ini sangat mungkin
untuk digarap PKS mengingat PKS memiliki kader dengan militansi tinggi
yang tersebar sampai ke pelosok negeri. Dengan modal tersebut PKS
setidaknya mampu mengerahkan kader-kadernya untuk merangkul, membujuk,
dan mengajak suara-suara kecewa ini masuk ke barisan PKS melalui
program-program yang ada seperti jaulah, reses, safari dakwah, dan lain
sebagainya. Dengan modal tersebut, diharapkan PKS mampu hadir untuk
menjadi pengobat kecewa ditengah masyarakat.
Ketiga, PKS harus bermitra dengan media. Dalam hal ini PKS harus mampu
bermain aktif di media dalam rangka memasifkan isu dan harapan PKS baik
di media cetak maupun elektronik. Muatan isu yang diangkat tak sekedar
pencitraan semata, akan tetapi lebih kepada solusi-solusi perbaikan
bangsa dan realisasi bukti nyata kerja-kerja kader serta anggota dewan
PKS selama 3 dekade ikut dalam kancah perpolitikan tanah air. PKS harus
mampu memanfaatkan media untuk memboomingkan hasil-hasil kerja positif
yang selama ini telah dicapai oleh kader PKS. Bahkan jika memungkinkan,
PKS semestinya harus bisa membangun media sendiri agar dapat secara
langsung memberikan informasi yang akurat kepada masyarakat. Sebab tak
dapat dielakkan bahwa kehadiran media sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan sebuah partai dalam menggalang suara dan berkembangnya
opini di masyarakat.
Pemilu 2014 yang akan berlangsung beberapa bulan lagi tentu akan
menjadi ujian yang paling berat bagi PKS. Akankah PKS mampu
merealisasikan target 3 (tiga) besar yang ingin dicapainya. Ataukah
mungkin PKS malah akan terjebak dalam euphoria kemenangan semu sebagai
imbas dari pemilu tahun-tahun yang lalu. Hanya Pemilu 2014 lah yang akan
menjawab semuanya. Apabila PKS mampu untuk menangkap dan merealisasikan
peluang-peluang yang ada,terutama tiga hal diatas, maka bukan tidak
mungkin PKS dapat keluar menjadi 3 besar dalam pemilu 2014. Masih ada
waktu bagi PKS untuk menyiapkan dan memperkuat diri mencapai target yang
telah digariskan. Harapan kita semua adalah semoga PKS mampu
menghadirkan kemenangan tersebut, kemenangan yang nantinya dapat terus
menerus menghadirkan kemaslahatan bagi masyarakat Indonesia. Dan ketika
kemenangan memang benar-benar dapat terealisasi, harapan kita semoga PKS
mampu menghadirkan pemerintahan yang lebih baik, lebih adil, dan lebih
sejahtera agar tercipta masyarakat dan bangsa Indonesia yang lebih
bermartabat di mata dunia. (**)
*tulisan diterbitkan di harian radar bangka, 19 Januari 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar