Minggu, 06 Februari 2011

Di Balik Sekeping Koin Kemanusiaan

The power of coin, mungkin itulah kalimat yang tepat untuk menggambarkan kehebatan sebuah koin. Koin yang keseharian dipandang remeh bagai tak bernilai oleh kita semua, ternyata mempunyai kehebatan yang luar biasa. Koin-koin kecil tak berarti itu, yang dipandang tak mampu dan tak berharga lagi memenuhi kebutuhan hidup keseharian kita, namun mempunyai manfaat lain yang tak ternilai yaitu kemanusiaan. Koin-koin itu telah mampu menghadirkan rasa belas kasih dan menghimpun rasa persatuan ditengah masyarakat ketika bangsa ini dalam kondisi yang rentan akan cobaan di segala aspek kehidupan. Cobaan-cobaan tersebut misalnya kasus kekerasan dalam rumah tangga, pencabulan dan pemerkosaan, unjuk rasa yang berujung tindakan anarkis, perang antar suku, kisruh keamanan, bencana alam dan lain sebagainya.
            Setidaknya ada dua kejadian menarik dalam dua tahun terakhir yang cukup menaruh perhatian kita terkait dengan kehebatan sebuah koin ini. Kejadian yang cukup menarik perhatian seluruh lapisan masyarakat di tanah air termasuk dari orang nomor satu di negeri ini sekalipun. Kejadian yang sampai saat ini mungkin masih terngiang dengan jelas di benak kita semua. Dua kejadian tersebut adalah kasus Prita Mulyasari dengan sebuah rumah sakit, dan kasus seorang bayi yang membutuhkan uluran tangan masyarakat untuk biaya operasi yang sangat besar yaitu Balqis Anindya Passa.
Kasus Prita bermula saat ibu dua orang anak ini memeriksakan kesehatannya di Rumah Sakit (RS) Omni Internasional pada 7 Agustus 2008. Prita Mulyasari mengeluhkan pelayanan yang diberikan oleh RS Omni International dan juga dokter yang merawatnya. Prita Mulyasari menuliskan pengalamannya melalui email yang kemudian mengirimkan email tersebut kepada teman-teman dekatnya, namun belakangan email ini terus menyebar ke berbagai mailing list (milist). Sehingga pihak RS Omni Internasional menganggap Prita Mulyasari telah merusak citra dan nama baik Rumah Sakit. Prita Mulyasari ditahan pada 13 Mei 2009, setelah sebelumnya dilaporkan oleh pihak RS Omni International kepada Polres Tangerang karena dianggap telah mencemarkan nama baik Rumah Sakit tersebut melalui sebuah email yang telah diedarkan di beberapa milist. Akibatnya Prita Mulyasari harus mendekam di Lapas Wanita Tangerang dan berstatus tahanan Kejaksaan Negeri Tangerang, padahal kasusnya belum dipersidangkan di pengadilan pada waktu itu. Adanya kasus ini yang menurut masyarakat terjadi sebuah ketidakadilan sehingga mengundang rasa simpatik masyarakat sehingga muncul aksi “Koin Peduli Prita”. Aksi ini berawal dari hukuman berat yang dijatuhkan oleh pengadilan atas tuntutan RS Omni Internasional, dengan denda sebesar 204 milyar rupiah yang sebelumnya dituntut sebesar 300 milyar rupiah sehingga  mengusik kepedulian masyarakat untuk sebuah keadilan. Kenyataannya masyarakat memang perduli untuk mengumpulkan koin bahkan terkumpul hingga 650 milyar rupiah. Kasus ini bahkan sempat menyita perhatian mantan presiden Megawati Soekarno Putri dan mantan wakil presiden Jusuf Kalla serta beberapa orang penting lainnya.
Selanjutnya  kita disuguhkan lagi berita tentang beredarnya  aksi Koin Cinta Balqis’. Nama Balqis adalah nama seorang ratu yang cantik yang menjadi istri dari Nabi Sulaiman. Cerita mengenai Ratu Balqis yang menjadi istri dari Nabi Sulaiman dikisahkan dengan berbagai versi, dan kali ini Balqis Anindya Passa yang diceritakan adalah seorang anak yang berusia 18 bulan yang menderita Atresia billier anak dari ibundanya bernama Dewi Farida, yaitu adanya penyumbatan saluran empedu dengan sirosis hepatitis progressif Disebutkan bahwa dibutuhkan biaya sekitar 1 milyar rupiah untuk melakukan transplantasi hati yang hanya dapat dilakukan di Jepang. Berita ini muncul ke permukaan yang diberitakan oleh berbagai media massa dan termasuk tayangan-tayangan acara dialogis oleh beberapa stasiun televisi. Maka menyebarlah posko-posko dengan kata sakti “Koin Cinta Untuk Balqis”. Lagi-lagi koin-koin yang dianggap tak berharga lagi (baca tak laku) itu memainkan peran kemanusiaannya.
Dari fakta-fakta kejadian ini, ada sisi positif yang dapat kita ambil pelajaran darinya. Bahwa terlepas berharga atau tidaknyanya sekeping koin ternyata telah mampu memunculkan  fenomena baru berupa partisipasi aktif masyarakat untuk persatuan dan kemanusiaan seperti pengumpulan koin terhadap sesuatu yang dinilai oleh masyarakat memang penting dilakukan penggalangannya. Ada dua penilaian yang dapat dialamatkan terhadap aksi partisipatif seperti ini, yaitu:  Pertama, kondisi ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia sesungguhnya memang menaruh peduli terhadap keadaan masyarakat lainnya yang dinilai sedang dalam ketidakberdayaan. Sikap spontanitas untuk ikut berpartisipasi adalah sesuatu yang sangat menggembirakan yang mampu tumbuh dengan sendirinya, menunjukkan bahwa masyarakat memang membutuhkan kesetaraan diantara sesama yaitu anggapan bahwa semua masyarakat berhak untuk hidup layak dalam segala hal di negeri ini.
Kedua, kondisi ini menunjukkan pula bahwa masyarakat Indonesia sudah merasa tidak sabar untuk menunggu aksi dari pemerintah untuk menyelamatkan manusia Indonesia yang ada dalam ketidakberdayaan menghadapi persoalan hidup, padahal fungsi pemerintah terhadap masyarakatnya sudah jelas sebagaimana yang dimaktubkan dalam pembukaan UUD’45 yang disepakati bersama untuk mengisi kemerdekaan ini yaitu masyarakat adil dan makmur.
Pertanyaannya adalah, akankah koin-koin kemanusiaan ini akan beraksi kembali menunjukkan sisi kemanusiaannya dalam menyelamatkan masyarakat dari ketidakberdayaan? Akankah koin-koin yang dianggap tak berharga ini mampu kembali menghimpun persatuan dan kesadaran masyarakat secara spontanitas untuk membantu masyarakat lainnya yang membutuhkan? Mengingat saat ini begitu banyak bencana yang menimpa negeri ini sehingga menimbulkan begitu banyak permasalahan sosial kemanusiaan. Banyak korban bencana dimana-mana, mulai dari bencana meletusnya Gunung Sinabung di Sumatera Utara, banjir di Aceh, Papua, Banyumas, bahkan termasuk Ibukota Jakarta. Bencana ini telah menimbulkan berbagai masalah mulai dari gagal panen, korban luka-luka, penduduk yang hilang terbawa oleh arus banjir, masalah pengungsian, bahkan masalah adanya korban yang tewas akibat bencana tersebut.
Semoga saja, koin-koin yang dianggap tak berharga itu dapat membantu mengatasi masalah kemanusiaan ini terutama masalah korban bencana disaat pemerintah kita terkesan lamban untuk menanggulangi permasalahan ini. Semoga sekeping kemanusiaan ini dapat memberikan harapan baru, menghadirkan bantuannya untuk korban bencana di negeri ini seperti ketika ia beraksi membantu Prita dan Balqis. Logikanya, Prita dan Balqis sebagai individu saja bisa dibantu oleh koin kemanusiaan ini apalagi korban bencana sebagai kelompok sosial seharusnya lebih mendorong kita untuk semangat mengulurkan bantuan. Bukankah ada istilah yang mengatakan bahwa “tangan yang di atas itu lebih baik daripada tangan di bawah”, dalam arti memberi dan mengulurkan bantuan itu lebih baik (lebih utama) kedudukannya. Terbersit harapan semoga sekeping koin kemanusiaan ini mampu menumbuhkan semangat tolong menolong kita, memupuk rasa persatuan diantara kita, dan menggugah rasa kemanusiaan kita, sehingga akan tercapai kehidupan bermasyarakat yang lebih baik dan lebih bermartabat sebagai ciri khas bangsa kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar