Kamis, 31 Januari 2013

Agrohistorical Park PTPN X (Persero), “Jas Merah” Pengundang Berkah



Oleh :
Rica Winsyah

Jas Merah, jangan sekali-kali melupakan sejarah. Itulah kalimat fenomenal yang pernah diucapkan oleh Presiden pertama Republik Indonesia (Ir. Soekarno) terkait pandangannya tentang sejarah di awal kemerdekaan Indonesia. Dengan kalimat itu, Bung Karno hendak menegaskan kepada generasi penerus bangsa bahwasanya sejarah merupakan bagian penting dari jati diri bangsa yang tak boleh dilupakan. Sebab sejarah pada dasarnya memang satu hal yang tidak akan pernah dapat dipisahkan dari identitas sebuah bangsa yang merdeka dan berdaulat.
 Berbicara tentang sejarah, Indonesia merupakan sebuah Negara dengan kekayaan sejarah yang sangat tinggi. Namun potensi sejarah tersebut  saat ini belum termanfaatkan secara maksimal sebagai objek pariwisata. Wisata sejarah di Indonesia masih terfokus pada peninggalan-peninggalan purbakala, seperti situs Candi Borobudur, Candi Muara Takus, Candi Prambanan dan situs-situs purbakala lainnya. Kekayaan sejarah Indonesia sebenarnya jauh lebih besar daripada situs-situs tersebut. Ada sejarah kota, sejarah keraton, tugu, bahkan sampai dengan bangunan-bangunan kuno. Banyak bangunan kuno peninggalan zaman Belanda memiliki nilai historis yang sangat tinggi. Salah satunya adalah pabrik gula dan bangunan peninggalan Pemerintah Kolonial Belanda yang terdapat di PT Perkebunan Nusantara X (Persero), atau yang lebih kita kenal dengan PTPN X (Persero).
Terinspirasi dari objek wisata Monumen Kapal Selam di Surabaya, PT Perkebunan Nusantara X (Persero) tertarik mengembangkan wisata sejarah pabrik gula. PTPN X (Persero) memiliki sebelas pabrik gula yang ada di Jawa Timur, yaitu pabrik gula Watoetoelis, Toelangan, Kremboong (ketiga di Sidoarjo), Gempolkrep (Mojokerto), Djombang Baru, Tjoekir (Jombang), Lestari (Nganjuk), Meritjan, Pesantren Baru, Ngadiredjo (Kediri) dan Modjopanggoong (Tulungagung). Nilai historis masih terasa sangat kental ketika pengunjung berada di lokasi pabrik gula, mengingat pabrik-pabrik ini mayoritas didirikan pada tahun 1800-an hingga tahun 1900-an, sehingga baik dari segi bangunan maupun mesinnya adalah barang yang sangat tua.
Pengembangan wisata sejarah pabrik gula yang dicanangkan oleh PTPN X (Persero) pada dasarnya adalah suatu ide yang logis mengingat pabrik gula tersebut memang memiliki potensi yang cukup besar untuk dikembangkan. Eksistensi pabrik gula yang masih kokoh berdiri, baik bangunan maupun mesin-mesin tua peninggalan Belanda yang masih beroperasi, menjadi modal tersendiri dalam mendukung pengembangan bisnis wisata sejarah tersebut. Selain itu, dukungan masyarakat sekitar lokasi pabrik dan potensi lahan pabrik gula PTPN X (Persero) yang masih memadai, setidaknya dapat menjadi modal tambahan untuk mengembangkan bisnis wisata sejarah PTPN X (Persero). Kondisi financial perusahaan yang sehat, disertai dengan sumberdaya manusia PTPN X (Persero) yang berkompeten serta dukungan pemerintah melalui kementerian terkait, juga menjadi modal yang tak kalah penting bagi PTPN X (Persero) dalam upaya pengembangan bisnis wisata sejarah parik gula ini.
Dilihat dari sisi potensi bisnis, pengembangan wisata sejarah memang memiliki banyak manfaat. Bagi PTPN X (Persero), pengembangan wisata sejarah pabrik gula adalah sebuah inovasi bisnis yang akan mendatangkan keuntungan alternatif disamping keuntungan dari produk utama yaitu gula. Wisata sejarah pabrik gula dapat menjadi salah satu alternatif penyangga keuangan perusahaan ketika industri produk utama PTPN X (Persero) sedang mengalami kelesuan di pasar domestik maupun internasional. Selain itu, keberadaan lokasi wisata ini nantinya akan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar pabrik. Sebab secara otomatis daerah sekitar pabrik akan menjadi bagian dari destinasi wisata pabrik gula PTPN X (Persero) secara keseluruhan. Sehingga dengan wisata sejarah ini diharapkan akan memberdayakan masyarakat, membuka peluang usaha baru bagi masyarakat sekitar pabrik dan tentunya memberikan keberkahan secara ekonomi kepada masyarakat, yang pada akhirnya akan meningkatkan brand image perusahaan di pasar industri nasional maupun internasional.
 
Mencari Format Wisata Sejarah 
      Pengembangan wisata sejarah tentu saja akan banyak menghadapi tantangan dalam realisasinya. Penilaian masyakarat terhadap  pabrik gula sebagai tempat yang tidak bersih dan anggapan bahwa sejarah adalah sebuah hal yang sangat membosankan, adalah tantangan utama dalam mengembangkan wisata sejarah. Penilaian dan anggapan yang negatif dari masyarakat inilah yang nantinya dapat menurunkan antusiasme masyarakat berwisata ke pabrik gula. Oleh karena itu perlu adanya suatu konsep yang jelas untuk mengemas wisata sejarah dalam bentuk yang lebih menarik, edukatif,dan rekreatif.
Berbicara wisata sejarah, secara manusiawi kita akan teringat dengan cerita-cerita lama dan tua, sehingga pikiran kita pun langsung mengarah kepada bangunan-bangunan dan alat-alat kuno yang terpampang di museum-museum. Kita mungkin perlu bercermin dari format wisata sejarah yang sudah ada sebelumnya di Indonesia. Format wisata sejarah yang telah ada sebagian besar selalu dikemas dalam bentuk tour atau museum yang terkesan angker, pengap, dan tidak terawat. Kemasan wisata sejarah yang telah ada selalu saja dibuat statis dengan suasana mistis, sehingga menurunkan kadar ketertarikan masyarakat khususnya para remaja untuk berkunjung ke situs-situs bersejarah tersebut.
Evaluasi ini harus dijadikan pembahasan yang serius bagi PTPN X (Persero) ketika ingin merealisasikan wisata sejarah pabrik gula. PTPN X (Persero) harus mencari format wisata sejarah yang lebih kreatif. Agar nanti nasib wisata sejarah yang dikembangkan PTPN X (Persero) tidak sepi pengunjung seperti tempat-tempat wisata sejarah yang sudah ada sebelumnya. PTPN X (Persero) sepertinya perlu mengaplikasikan rumus bisnis 5 W 1 H dalam mencari dan menentukan format bisnis seperti apa yang cocok dan kreatif untuk wisata sejarah. PTPN X (Persero) perlu mempertimbangkan dan memperhatikan 5 W 1 H dalam turunannya : What (format bisnis seperti apa yang  akan dikembangkan), Why (mengapa bisnis tersebut dikembangkan), Where (dimana lokasi bisnis akan dikembangkan), When (kapan waktu pengembangannya), Who (siapa yang akan mengembangkan dan siapa target pasarnya), serta How (bagaimana pemasaran dan pengembangan bisnis selanjutnya). Sehingga dengan rumus ini, PTPN X (Persero) diharapkan mampu menjawab permintaan pasar dan mengemas format wisata sejarah seperti apa yang diminati oleh pasar.

Agrohistorical Park, Sebuah Konsep Alternatif

Berbicara tentang format atau kemasan wisata sjarah, kita khususnya PTPN X (Persero) mungkin perlu belajar dari Tugu Monas (Monumen Nasional). Tugu Monas adalah termasuk bagian dari peninggalan sejarah yang memiliki arti penting bagi sejarah kemerdekaan Bangsa Indonesia, sehingga boleh dikatakan Tugu Monas adalah salah satu wisata sejarah. Sebagai bagian dari wisata sejarah, Tugu Monas selalu ramai dikunjungi oleh masyarakat dari berbagai daerah. Berbeda dengan tempat wisata sejarah yang lain misalnya Museum Gajah yang relatif lebih sepi pengunjung daripada Tugu Monas.
Disisi lain, kita juga mungkin perlu belajar dari film Jurassic Park. Sebuah film yang mengisahkan tentang keberhasilan para ilmuan dalam membangun kembali habitat dinosaurus, binatang purba yang sudah punah. Para ilmuan mampu mengkombinasikan antara jejak kehidupan purba (pra sejarah) dengan teknologi modern yang menghasilkan sebuah taman purba yang sangat edukatif, ilmiah, dan tentunya menarik.
Dengan menggunakan rumus ATM (amati, tiru, dan modifikasi), maka kedua konsep pada contoh inilah yang sebaiknya digunakan oleh PTPN X (Persero) dalam mengembangkan wisata sejarah pabrik gula. PTPN X (Persero) harus mampu mengintegrasikan antara konsep sejarah, ilmiah, teknologi, dan hiburan (rekreasi) dalam wisata sejarah yang akan dikembangkan.
Agrohistorical Park, adalah sebuah konsep alternatif yang mungkin dapat dikembangkan oleh PTPN X (Persero) sebagai objek wisata sejarah. Konsep ini menggabungkan antara wisata sejarah, wisata agro, wisata edukasi ilmiah melalui penelitian dan pengembangan teknologi, wisata kuliner, dan wisata keluarga (rekreasi). Agrohistorical Park adalah sebuah konsep wisata sejarah yang menempatkan PTPN X (Persero) sebagai destinasi hiburan dan refreshing utama bagi masyarakat dalam maupun luar negeri. Konsep ini mengisyaratkan PTPN X (Persero) sebagai objek lokasi taman sejarah  dengan fasilitas yang serba lengkap dan dapat dinikmati oleh masyarakat yang ingin berliburan.
Agrohistorical Park adalah taman sejarah yang didalamnya terdapat wisata sejarah utama (museum miniatur alat-alat pabrik industri gula, bangunan kuno, dan barang-barang bersejarah lainnya), wisata agro (kolam pemancingan, danau, kebun binatang mini, sarana outbond, labirin tebu, pembibitan tebu, dan lain-lain), wisata ilmiah (fotografi pabrik, pameran teknologi yang digunakan pabrik, penelitian, proses pengolahan tebu sederhana, dan lain-lain), wisata kuliner (restoran organik, aneka jajanan olahan tebu dan turunannya), serta wisata keluarga (kereta gantung, taman bermain, fasilitas olahraga, dan lain-lain). Dengan demikian agrohistorical park adalah sebuah konsep taman sejarah yang akan menjadi taman hiburan keluarga karena dapat menjawab semua keinginan setiap anggota keluarga yang berkunjung ke pabrik gula PTPN X (Persero).

Metode Pemasaran Wisata Sejarah Agrohistorical Park PTPN X (Persero)

            Banyak cara dilakukan oleh perusahaan untuk memasarkan produk ataupun usahanya agar dikenal oleh masyarakat luas, tak terkecuali pemasaran ataupun promosi pariwisata khususnya pariwisata sejarah. Promosi ini sangat penting dilakukan untuk menarik sebanyak-banyaknya pengunjung. Semakin bagus promosi yang dilakukan maka tentu saja akan berdampak pada semakin banyaknya masyarakat yang datang mengunjungi tempat wisata tersebut sebagai tujuan rekreasi. Setidaknya ada 4 metode yang dapat digunakan oleh PTPN X (Persero) dalam mempromosikan wisata sejarah agrohistorical park. Metode tersebut adalah:
1.      Agrohistorical Idol dan duta wisata
Seperti yang kita ketahui bahwa dewasa ini para generasi muda khususnya remaja sangat tertarik untuk mengikuti ajang pencairan bakat seperti Indonesian Idol, Kontes Dangdut Indonesia, Indonesia Mencari Bakat, dan lain sebagainya. Hal ini dapat menjadi peluang bagi PTPN X (Persero) untuk mempromosikan wisata sejarah agrohistorical park melalui program agrohistorical idol. Program ini dimaksudkan untuk mencari duta wisata yang nantinya akan menjadi icon promosi wisata sejarah agrohistorical park kepada masyarakat.  Dengan program pencarian bakat ini diharapkan dapat menarik minat para remaja untuk berkunjung ke wisata sejarah pabrik gula, agrohistorical park.

2.      Maskot agrohistorical park
Promosi wisata sejarah pabrik gula juga dapat dilakukan melalui produksi maskot khusus yang menjadi ciri khas atau icon objek wisata. Dengan adanya maskot ini, setidaknya akan mempermudah masyarakat dalam mengingat objek wisata tersebut yaitu agrohistorical park. Selain itu, kehadiran maskot ini diharapkan mampu menjadi lapangan usaha baru bagi masyarakat sekitar pabrik dan objek wisata, sebab maskot ini dapat dijadikan sebagai souvenir atau cinderamata khas dari agrohistorical park. Maskot, dapat berupa kerajinan tangan, boneka, dan lain sebagainya dengan melihat peluang pemanfaatan ciri khas daerah sekitar.

3.      Program affiliate marketing dan social media
Metode yang ketiga ini adalah strategi promosi yang pada umumnya bertujuan untuk menarik wisatawan melalui jejaring social dan dunia maya. Program sepenuhnya memanfaatkan dunia maya (internet) sebagai penyedia jasa promosi. Promosi melalui internet juga dapat dilakukan dengan memaksimalkan fungsi website perusahaan yang nantinya dikelola dengan baik oleh sumberdaya manusia yang ada.

4.      Publikasi media massa
Promosi agrohistorical park melalui media massa baik elektronik maupun media cetak sangat penting dilakukan, mengingat media adalah sarana yang cukup efektif untuk menyampaikan berita kepada seluruh masyarakat. Kehadiran media massa elektronik khususnya, sangat membantu dalam usaha promosi objek wisata sejarah PTPN X (Persero). Hal ini diasumsikan dengan pertimbangan bahwa hampir sebagian besar penduduk Indonesia memiliki televisi sebagai salah satu dari media massa elektronik, sehingga pada akhirnya informasi tentang agrohistorical park pun cepat tersampaikan kepada masyarakat baik di dalam maupun luar negeri melalui media televisi tersebut.
Agrohistorical park bukanlah sebuah ide final dalam pengembangan wisata sejarah pabrik gula PTPN X (Persero). Masih banyak ide-ide lain yang bisa diterapkan dalam pengembangan objek wisata sejarah. Hanya saja ada satu rambu yang harus diperhatikan oleh perusahaan, bahwa ide pengembangan wisata sejarah pabrik gula tidak boleh monoton seperti wisata-wisata sejarah yang sudah ada. Harus ada kreatifitas dan inovasi tinggi yang ditonjolkan dari wisata sejarah pabrik gula PTPN X (Persero), agar wisata sejarah tersebut dapat berkembang dengan baik dan diminati oleh wisatawan dalam negeri maupun mancanegara.(*)
(*) Artikel ini ditulis dalam rangka mengikuti lomba karya tulis dan penyiaran PTPN X (Persero) tahun 2013 dengan tema : Pengembangan Wisata  Sejarah Pabrik Gula, Potensi Bisnis dan Model Pemasarannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar