Sabtu, 19 Januari 2013

Pemilu 2014; PKS (Masih) Adakah Harapan??



Tak terasa panggung politik pemilu 2014 sudah di depan mata. Genderang perang sudah mulai ditabuhkan. Komisi Pemilihan Umum secara resmi telah menetapkan 10 partai politik yang lulus verifikasi sebagai kontestan pemilu 2014. Salah satu parpol yang lulus verifikasi KPU tersebut adalah Partai Keadilan Sejahtera atau yang lebih familiar kita kenal PKS. Partai dakwah sekaligus partai kader yang pada pemilu 2009 yang lalu berhasil finish di urutan keempat hasil pemilu secara nasional dan urutan pertama diantara partai-partai berasaskan islam yang ada. Sungguh sebuah capaian yang fenomenal, mengingat PKS dalam sejarah perjalanan politiknya pernah tidak lulus electoral treshold (ET) ketika pada pemilu 1999 masih bernama Partai Keadilan (PK).

Berbicara tentang PKS memang seperti tidak ada habis-habisnya. Kita tentu masih ingat dengan hiruk pikuk semangat perjuangan politik PKS pada pemilu 2009 yang lalu. Semangat bermanuver secara politis yang mungkin diluar perkiraan setiap orang. Semangat-semangat yang digelorakan untuk mencapai sebuah target dan cita-cita yang besar. Semangat pemimpin muda, semangat untuk mencapai 3 besar partai pemenang pemilu dengan 20% perolehan suara, semangat untuk membangkitkan Indonesia dari keterpurukan dengan slogan nya yang fenomenal “Bangkit Negeriku, Harapan Itu Masih Ada”, dan lain sebagainya.

Meskipun pada akhirnya manuver-manuver ini ternyata baru mampu menempatkan PKS sebagai 4 besar partai pemenang pemilu 2009, meleset dari hasil yang ditargetkan oleh partai.

Beranjak ke pasca pemilu 2009, kita kemudian dicengangkan dengan beberapa kasus yang dialami oleh beberapa anggota dewan PKS, baik kader internalnya maupun kader eksternalnya. Kasus-kasus ini muncul sebagai konsekuensi politik dari kebijakan elite partai yang ‘sedikit menggeser’ haluan menjadi partai yang lebih terbuka. Identitas PKS sempat sedikit ‘ternoda’ oleh ulah beberapa oknum tersebut. Namun apabila di kalkulasikan, persentase kasus yang dihadapi oleh anggota dewan PKS memang tidaklah terlalu banyak, sangat kecil jika kita bandingkan dengan partai-partai lain termasuk partai penguasa saat ini. Akan tetapi hal ini tetap sangat berpengaruh terhadap image PKS, mengingat rakyat menuntut dan mengenal PKS sebagai partai yang bersih tak bercacat. Kasus-kasus ini tentu saja menimbulkan gejolak di tubuh partai, terbukti dari beragamnya reaksi yang muncul baik di internal maupun eksternal partai, bahkan ada diantara kader yang menyatakan kekecewaannya lalu keluar dari barisan partai. Itulah PKS dengan segala problematika dan tantangan politik yang dihadapinya.

Merakyatkan Harapan dan Kemenangan

Dengan segala konsekuensi politik yang dihadapi oleh PKS, mulai dari melesetnya hasil pemilu 2009 dari target yang diharapkan, dibumbui dengan semangat keterbukaan yang menuai kontroversi bahkan kekecewaan baik internal maupun eksternal partai, sampai dengan kasus-kasus oknum anggota dewan yang tentu saja mencoreng citra partai sebagai partai yang bersih. Lalu pertanyaannya masih adakah harapan itu di 2014 mendatang? Masih adakah kesempatan untuk menang atau bahkan malah akan menjadi pecundang?. 

Secara logika sebenarnya masyarakat kita cukup cerdas untuk menakar seberapa besar peluang PKS di 2014 berdasarkan kinerja dan peta kekuatan partai tersebut, bukan sekedar dari perspektif permasalahan yang dihadapinya semata. Ketika kita bertanya masih adakah harapan bagi PKS di pemilu 2014 mendatang? Tentu  jawabannya adalah harapan itu selalu ada dan pasti akan ada selama PKS tetap konsisten, komitmen pada esensi tujuan partai, yakin pada kemampuan dan kekuatan sendiri, serta tidak terjebak dalam persepsi euphoria hasil pemilu sebelumnya. Tugas besar PKS saat ini adalah bagaimana mencari cara untuk me-rakyatkan harapan dan cita-cita yang hendak direalisasikan. Pesan-pesan harapan dan cita-cita besar itu harus dikomunikasikan kepada publik secara lebih intens, tidak hanya di kalangan elite dan kader-kader internal partai saja. PKS perlu bercermin pada proses pemilu 2009 yang lalu, dimana ketika itu mesin internal partai sudah panas dengan harapan dan cita-cita yang sangat besar, namun tak tercapai dengan sempurna dikarenakan belum terkomunikasikan secara massif kepada masyarakat. Dengan kata lain, cita-cita partai yang besar itu sama sekali belum merakyat, belum menyentuh seluruh lapisan masyarakat secara keseluruhan.
Demikian juga halnya dengan kondisi saat ini, target untuk menjadi 3 besar dan 15 persen kursi legislatif di pemilu 2014 yang dielu-elukan oleh PKS merupakan sebuah target yang sangat besar. Oleh sebab itu perlu diimbangi dengan ikhtiar yang besar pula untuk merealisasikan target tersebut agar harapan yang digaungkan oleh PKS memang benar-benar menjadi sebuah kemenangan rakyat.

Untuk mewujudkan kemenangan tersebut, setidaknya ada 3 hal yang perlu dilakukan oleh PKS :

Pertama, PKS harus segera melakukan pengokohan struktural dan penokohan internal. Penting bagi PKS untuk menata kembali struktur internal partai termasuk ‘memanaskan’ kembali semangat kader-kader yang sedikit banyak telah mengalami fluktuasi (baik fluktuasi tarbiyah maupun secara politis) pasca pemilu 2009 yang lalu. Disadari ataupun tidak, PKS adalah sebuah partai yang sumber kekuatannya dari loyalitas kader, sehingga ketika PKS hendak memproklamirkan diri menuju 3 besar di pemilu 2014 maka struktural partai dan kader lah yang pertama kali harus diperkuat sebagai mesin penggerak partai. Pengokohan struktural dan penguatan loyalitas kader ini sudah terbukti ampuh bagi PKS ketika mampu meningkatkan perolehan suara dari 1,3% pada pemilu 1999, menjadi 7,34 % pada pemilu 2004, hingga 7,9% di pemilu 2009.

Namun, pengokohan struktural dan penguatan kader juga tak cukup jika tidak diimbangi dengan penokohan-penokohan internal yang memadai terutama tokoh-tokoh partai yang sedang dan yang akan dicalonkan untuk duduk di parlemen maupun mengisi pos-pos penting pemerintahan seperti yang sudah dilakukan pada pemilu 2009 yang lalu. Program jaulah, direct selling, reses, dan safari dakwah yang selama ini menjadi andalan bagi PKS harus semakin intensif di laksanakan, baik di daerah basis maupun non basis massa partai. Tokoh-tokoh PKS pun harus kerap turun ke lapangan, untuk berbagi dan menyerap aspirasi.

Kedua, PKS harus mampu merangkul ‘suara-suara kecewa’ dan suara golput. Manuver-manuver politis yang dijalankan oleh PKS pada pemilu 2009 serta kasus-kasus yang menimpa oknum kader PKS beberapa waktu yang lalu, sedikit banyak telah berkontribusi mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap PKS, terutama kader-kader loyal. Hal ini dapat dilihat dari adanya kader dan simpatisan yang secara terang-terangan mengatakan kecewa dengan sikap PKS. Sehingga banyak lembaga survey yang kemudian memprediksi bahwa suara PKS di 2014 akan turun yang disebabkan oleh kader dan simpatisan yang kecewa bahkan membelot. Namun, survey hanyalah gambaran yang belum tentu benar secara mutlak. Faktanya dunia politik adalah ranah yang dinamis, cepat berubah keadaannya ketika di lapangan. PKS harus mampu merangkul dan mengkonversikan ‘suara-suara kecewa’ tersebut menjadi lumbung suara pendukung. PKS harus mampu menghadirkan kembali alternatif-alternatif (baik alternatif pemimpin, tim, maupun solusi) bagi masyarakat dan bangsa Indonesia, agar nanti PKS tak di cap sebagai partai yang sama saja dengan partai yang lain. PKS harus mampu lebih intensif bercengkerama dengan rakyat, bukan hanya dalam konteks politis, namun harus dalam segala hal dengan pendekatan yang lebih merakyat tentunya. Suara-suara kecewa dan golput ini sangat penting untuk digarap PKS mengingat begitu besarnya potensi mendulang suara dari golongan tersebut. Pusat Studi dan Kawasan UGM bahkan pernah merilis tingginya angka suara kecewa (golput) di negeri ini yang dari pemilu ke pemilu bahkan cenderung mengalami peningkatan. Tercatat suara golput mencapai 6,64% pada pemilu 1971, kemudian meningkat menjadi 8,40 % pada pemilu 1977, meningkat lagi 8,53 % di pemilu 1982, dan hanya pemilu 1987 suara golput turun 8,39%.

Suara-suara kecewa ini kembali mengalami peningkatan selama kurun waktu lima dekade pemilu terakhir, masing-masing 9,09% (1992), 9,42% (1997), 10,21% (1999), 23,34% (2004), dan 39,10% (2009). Apabila PKS mampu merangkul suara-suara ini, maka besar kemungkinan PKS dapat mewujudkan target 3 besar di 2014 mendatang dengan asumsi perolehan suara tahun 2009 lalu tetap atau meningkat. Suara-suara kecewa ini sangat mungkin untuk digarap PKS mengingat PKS memiliki kader dengan militansi tinggi yang tersebar sampai ke pelosok negeri. Dengan modal tersebut PKS setidaknya mampu mengerahkan kader-kadernya untuk merangkul, membujuk, dan mengajak suara-suara kecewa ini masuk ke barisan PKS melalui program-program yang ada seperti jaulah, reses, safari dakwah, dan lain sebagainya. Dengan modal tersebut, diharapkan PKS mampu hadir untuk menjadi pengobat kecewa ditengah masyarakat.
Ketiga,  PKS harus bermitra dengan media. Dalam hal ini PKS harus mampu bermain aktif di media dalam rangka memasifkan isu dan harapan PKS baik di media cetak maupun elektronik. Muatan isu yang diangkat tak sekedar pencitraan semata, akan tetapi lebih kepada solusi-solusi perbaikan bangsa dan realisasi bukti nyata kerja-kerja kader serta anggota dewan PKS selama 3 dekade ikut dalam kancah perpolitikan tanah air. PKS harus mampu memanfaatkan media untuk memboomingkan hasil-hasil kerja positif yang selama ini telah dicapai oleh kader PKS. Bahkan jika memungkinkan, PKS semestinya harus bisa membangun media sendiri agar dapat secara langsung memberikan informasi yang akurat kepada masyarakat. Sebab tak dapat dielakkan bahwa kehadiran media sangat berpengaruh terhadap keberhasilan sebuah partai dalam menggalang suara dan berkembangnya opini di masyarakat.

Pemilu 2014  yang akan berlangsung beberapa bulan lagi tentu akan menjadi ujian yang paling berat bagi PKS. Akankah PKS mampu merealisasikan target 3 (tiga) besar yang ingin dicapainya. Ataukah mungkin PKS malah akan terjebak dalam euphoria kemenangan semu sebagai imbas dari pemilu tahun-tahun yang lalu. Hanya Pemilu 2014 lah yang akan menjawab semuanya. Apabila PKS mampu untuk menangkap dan merealisasikan peluang-peluang yang ada,terutama tiga hal diatas, maka bukan tidak mungkin PKS dapat keluar menjadi 3 besar dalam pemilu 2014. Masih ada waktu bagi PKS untuk menyiapkan dan memperkuat diri mencapai target yang telah digariskan. Harapan kita semua adalah semoga PKS mampu menghadirkan kemenangan tersebut, kemenangan yang nantinya dapat terus menerus menghadirkan kemaslahatan bagi masyarakat Indonesia. Dan ketika kemenangan memang benar-benar dapat terealisasi, harapan kita semoga PKS mampu menghadirkan pemerintahan yang lebih baik, lebih adil, dan lebih sejahtera agar tercipta masyarakat dan bangsa Indonesia yang lebih bermartabat di mata dunia. (**) 
*tulisan diterbitkan di harian radar bangka, 19 Januari 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar